Selasa, 09 Juli 2013

A.  BAHAYAKAH NYERI TENGGOROKAN ?????




Nyeri tenggorokan memang sudah tidak asing kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia pernah merasakan nyeri tenggorokan. Nyeri tenggorokan memang bukan suatu penyakit yang membahayakan menurut hampir semua orang, namun jangan anggap remeh nyeri tenggorokan, karena pada kenyataannya nyeri tenggorokan yang tidak diobati dengan benar dapat memberikan komplikasi menjadi suatu penyakit yang berbahaya, salah satunya adalah penyakit jantung.1
Penyakit jantung yang dimaksud adalah Penyakit Jantung Reumatik (PJR) atau dalam medisnya disebut Rheumatik Heart Disease.2 RHD adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan permanen pada katup – katup jantung yang biasa berupa penyempitan atau kebocoran terutama katup mitral yang disebabkan oleh demam rematik. Katup – katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A.3

 gambar : katup jantung yang kaku4

gambar: bakteri streptococcus β hemoliticus tipe A5

Gejala yang dirasakan antara lain poliarthritis migrans akut berupa nyeri sendi yang berpindah-pindah, karditis berupa radang pada selaput jantung, khorea berupa gangguan syaraf yang mengakibatkan gerakan bagian-bagian tubuh yang tidak terkendali, lemah otot dan gangguan emosi, lalu terdapat nodul subkutan berupa tonjolan-tonjolan yang keras di bawah kulit tanpa perubahan warna atau rasa nyeri,  eritema marginatum berupa bercak kulit kemerahan dan umumnya ditemukan di tubuh kadang pada bagian anggota gerak atas namun tidak di wajah dan hal ini jarang terjadi pada dewasa.1,2  Pada beberapa pasien yang mengalami demam reumatik akut biasa terjadi kelainan katup jantung lainnya yang bisa berakibat pada gangguan katup jantung, gagal jantung, radang selaput jantung.3
Demam reumatik ini terjadi setelah terjadinya infeksi dari bakteri streptococcus β hemoliticus tipe A di saluran pernapasan atau tenggorokan, sehingga menyebabkan reaksi autoimun (kekebalan tubuh), reaksi inilah yang akan menyebabkan rusaknya katup jantung yang diawali dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam berkepanjangan, namun setelah nyeri tenggorokan dirasakan membaik atau sembuh ( 2-3 minggu ) kemudian dapat muncul gejala jantung berdebar keras, cepat lelah, nyeri sendi yang berpindah-pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (khorea), benjolan kecil-kecil dibawah kulit, dapat juga disertai nyeri perut dan kehilangan berat badan.2,3
Puncak insiden demam reumatik ini adalah pada kelompok usia 5-15 tahun.3 Pencegahan yang terbaik dari demam reumatik adalah upaya kita agar tidak terserang oleh kuman streptococcus β hemoliticus tipe A.1 Faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman ini adalah kondisi lingkungan yang jelek, tempat tinggal berdesakan, akses kesehatan yang kurang dan variasi cuaca juga dapat mempengaruhinya.2
Seseorang yang telah terkena demam reumatik harus diobati secara maksimal dengan antibiotiknya untuk membunuh kuman penyebab dan menghindari serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan penyakit jantung reumatik.3 Bila penanganan terlambat maka kuman tersebut dan menyerang jantung terutama katup jantung yaitu katup mitral, dan bila katup sudah diserang maka katup akan mengalami kerusakan yang permanen yang tentu saja akan menyebabkan fungsi jantung berkurang.2 Untuk itu sangat disarankan agar tidak menganggap remeh masalah nyeri tenggorokan, karena bisa saja bakteri yang menginfeksi tenggorokan anda adalah bakteri streptococcus β hemoliticus tipe A yang tentu saja tidak akan mati hanya dengan pemberian larutan penyegar atau obat warung biasa melainkan harus dengan antibiotiknya.1,2

REFERENSI
  1. Ismudiati, lily, et al. Buku Ajar Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 129 – 131, 2003
  2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 1560 – 1565, 2007
  3. Cardiovascular Care. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2008
  4. www.google.co.id/searchpenyakitjantungreumatik
  5. www.google.co.id/searchstreptococcusbetahemolyticgroupA


B. JANGAN ANGGAP REMEH SESAK NAPAS SAAT HAMIL


Sesak napas adalah kesulitan bernapas atau dalam medis disebut sebagai dispnea. Sesak napas dapat disebabkan oleh kondisi respirasi (saluran napas dan paru-paru) atau sirkulasi (jantung dan pembuluh darah).1 Walaupun demikian masih banyak orang yang menganggap remeh masalah sesak napas terutama sesak napas yang dirasakan saat hamil. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa rasa sesak yang muncul saat kehamilan adalah hal yang wajar terjadi karena beranggapan bahwa semakin besar usia kehamilan maka ukuran janin juga membesar sehingga mendorong perut bagian atas dan menekan paru ataupun jantung ditambah lagi apabila sesak napas yang muncul tidak dirasakan berat dan hilang timbul.


Anggapan seperti ini harus dihilangkan karena ternyata ada hal lain yang menyebabkan munculnya rasa sesak saat kehamilan yaitu terjadinya gangguan pada jantung, dimana jantung mengalami suatu kondisi miopati pada kehamilan atau disebut Kardiomiopati Peripartum yaitu dimana otot jantung melemah dan membesar sehingga membuat jantung lebih sulit untuk memompa darah dan mengirimkannya ke seluruh tubuh.2,3 Hal ini menyebabkan tubuh kita kekurangan oksigen sehingga kita akan merasakan sesak.

Kardiomipati Peripartum terjadi pada bulan akhir kehamilan atau dalam lima bulan setelah melahirkan dan pada umumnya tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelum kehamilan.2,5 Penyebab dari Kardiompiopati Peripartum ini belum jelas dan masih disangsikan bahwa kardiomiopati merupakan kondisi khusus yang terjadi pada kehamilan.3 Namun dari beberapa sumber mengatakan penyebab yang mungkin adalah kekurangan nutrisi khususnya selenium, faktor genetik, dan faktor hormonal yaitu rendahnya kadar progesterone, estrogen dan prolaktin saat kehamilan.4,5 Wanita dengan Kardiomipati Peripartum memiliki gejala gagal jantung yaitu sesak napas, pembengkakan kaki, palpitasi, batuk, rasa nyeri dada, dan sering buang air kecil pada malam hari.4 Bila segera ditangani maka setelah kehamilan, jantung sering kembali ke ukuran dan fungsi normal walaupun beberapa wanita tetap memiliki fungsi pompa jantung yang lemah.2,5 Wanita dengan kardiomiopati peripartum memiliki peningkatan resiko komplikasi pada kehamilan berikutnya dan yang beresiko besar mengalami hal ini adalah wanita dengan usia lebih dari 30 tahun.5
Faktor resiko dari PPCM ini yaitu wanita usia lebih dari 30 tahun, kehamilan yang disertai dengan hipertensi, wanita yang sudah melahirkan lebih dari 1 kali dan hamil lebih dari 1 kali, obesitas atua kegemukan, wanita yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi.4
Pemeriksaan yang biasa membantu diagnosa PPCM ini adalah pemeriksaan Echocardiogram, Electrocardiogram, dan pemeriksaan Biomarker Jantung.4 Untuk mencegah terjadinya Kardiomiopati Peripartum ini maka sangat disarankan bagi para wanita hamil untuk tidak menganggap remeh rasa sesak napas yang dirasakan saat hamil terutama pada bulan akhir kehamilan dan diharapkan rutin mengontrolkan kondisi kehamilannya dan kesehatan dirinya sendiri, dan bila saat hamil merasa sesak napas tiba-tiba muncul terutama pada bulan akhir kehamilan maka sangat disarankan untuk memeriksakan dirinya ke dokter spesialis jantung agar tidak sampai pada kondisi gagal jantung yang permanen.3
Bila sudah terdiagnosa PPCM maka pengobatannya sama dengan penanganan pada penderita gagal jantung yaitu dengan obat-obatan yang dapat membantu mengembalikan kerja jantung secara optimal dan mengurangi asupan garam.4 Pada penanganan yang cepat dan tepat maka fungsi jantung akan membaik dan bahkan ada yang dapat kembali normal, namun bila penanganan terlambat maka fungsi kerja jantung tidak akan kembali normal bahkan biasa mengalami gagal jantung permanen.3


REFERENSI
  1. www.kamuskesehatan.com
  2. Tibazarwa, Kemi, et al. “The 12-lead ECG in Peripartum Cardiomiopaty”, Cardiovascular Journal of Africa vol.23 no.6: 322 – 329, July 2012
  3. Ismudiati, lily, et al. Buku Ajar Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 129 – 131, 2003
  4. M.Katie,  L.Gretchen, “Peripartum Cardiomiopaty: a current review”, Journal of Pregnancy volume 2010 (2010), June 2010 
  5. Cardiovascular Care. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2008