Pendahuluan
Emboli
paru merupakan keadaan terjadinya obstruksi sebagian atau total sirkulasi
arteri pulmonalis atau cabang – cabang akibat tersangkutnya emboli thrombus
atau emboli yang lain. Bila obstruksi terjadi akibat tersangkutnya emboli
thrombus atau multiple trombi yang bermigrasi dari sirkulasi sistemik ke
sirkulasi pulmonary disebut tromboemboli pulmonal. Akibat lanjut dari emboli
paru dapat terjadi infark paru, yaitu keadaan terjadinya nekrosis sebagian
jaringan parenkim paru akibat tersumbatnya aliran darah yang menuju jaringan
paru tersebut oleh tromboemboli.
Insiden
penyakit
Survey
epidemiologi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira – kira terdapat 630.000
kasus penyakit ini tiap tahunnya. Sekitar 30% pasien dengan VTE berkembang
menjadi emboli paru dan sekitar 70% asimtomatik dan hanya diketahui dari
pencitraan ( CT Scan ). Penyakit ini sering terjadi namun jarang terdiagnosis
sehingga laporan mengenai penyakit ini di Indonesia jarang ditemukan. Penentuan
diagnosis emboli paru ( pada survey tersebut ) didapat berdasarkan hasil otopsi
pasien meninggal oleh karena penyakit ini ( post mortem ).
Etiologi
dan faktor predisposisi
Penyebab
penyakit ini adalah thrombus pada pembuluh darah. Kebanyakan kasus tromboemboli
( 80 – 95% ) berasal dari lepasnya thrombus di pembuluh darah vena di tungkai
bawah. Sumber emboli paru yang lain misalnya tumor paru yang menginvasi
sirkulasi vena ( emboli tumor ), amnion, udara, lemak, sumsum tulang, focus
septic ( pada endokarditis ) dan lain-lain. Kemudian material emboli beredar
dalam peredaran darah sampai di sirkulasi pulmonal dan tersangkut pada cabang –
cabang arteri pulmonal, memberi akibat timbulnya gejala klinis.
Faktor
predisposisi terjadinya emboli menurut Virchow ( 1856 ) :
1.
Adanya aliran darah lambat
2.
Kerusakan dinding pembuluh darah vena
3.
Keadaan darah mudah membeku (
hiperkoagulasi )
Pathogenesis
Thrombus
dapat berasal dari arteri dan vena. Thrombus arteri terjadi karena rusaknya
dinding pembuluh arteri ( lapisan intima ). Thrombus vena terjad karena aliran
darah vena yang lambat, selain itu dapat pula karena pembekuan darah dalam vena
apabila terjadi kerusakan endotel vena. Thrombus vena dapat juga berasal dari
pecahnya thrombus besar yang terbawa aliran vena. Biasanya thrombus berisi
partikel – partikel fibrin ( terbanyak ), eritrosit dan trombosit. Ukurannya
bervariasi, mulai dari beberapa millimeter sampai sebesar lumen venanya
sendiri.
Adanya
perlambatan aliran darah vena ( stasis ) akan makin mempercepat terbentuknya
thrombus yang makin besar. Adanya kerusakan dinding pembuluh darah vena (
misalnya operasi rekonstruksi vena femoralis ) jarang menimbulkan thrombus
vena. Thrombus yang lepas ikut aliran darah vena ke jantung kanan dan sesudah
mencapai sirkulasi pulmonal tersangkut pada beberapa cabang arteri pulmonalis,
dapat menimbulkan obstruksi total atau sebagian dan memberikan akibat lebih
lanjut. Thrombus pada vena dalam tidak seluruhnya akan lepas dan menjadi
tromboemboli tetapi kira – kira 80% nya akan mengalami pencairan spontan (
lisis endogen ).
Hanya 10% dari kasus
emboli paru yang diikuti infark, hal ini terjadi karena paru mendapat oksigen
melalui 3 cara yaitu :
1.
Dari sirkulasi arteri pulmonalis
2.
Dari sirkulasi arteri bronkhialis
3.
Dari saluran udara pernafasan
Pada
infark paru, hemoptisis timbul setelah 12 jam terjadi emboli paru dan sesudah
24 jam daerah infark menjadi terbatas dikelilingi oleh daerah paru yang sehat
karena adanya konsolidasi perdarahan dan atelektasis. Selanjutnya sel - sel
septum intraalveoli akan mengalami nekrosis dengan pembengkakan dan
menghilangnya struktur histology. Dua minggu sesudahnya mulai terjadi perubahan
dengan adanya penetrasi kapiler – kapiler baru dari arah paru yang sehat kearah
paru yang terkena infark. Peredaran mulai diserap perlahan – lahan dan jaringan
nekrosis diganti dengan jaringan ikat yang selanjutnya akan menjadi parut atau
fibrosis.
Gejala
klinis
Suatu emboli paru akut
patut dicurigai apabila terdapat satu dari 3 gejala :
1.
Sesak yang makin bertambah berat
2.
Nyeri dada ( pleuritic pain ) atau
hemoptisis
3.
Terjadinya hipotensi atau circulatory
collapse
Gejala lain yaitu batuk
dan bengkak atau nyeri pada ekstremitas bawah.
Diagnosis
Banding
·
Pneumonia dan bronchitis
·
Asma
·
Eksaserbasi penyakit paru obstruksi
kronis
·
Infark miokardial
·
Edem paru
·
Ansietas
·
Diseksi aorta
·
Pericardial tamponade
·
Kanker paru
·
Hipertensi pulmonal primer
·
Fraktur iga
·
Pneumotorak
·
Kostokondritis
·
Nyeri musculoskeletal
Pemeriksaan
penunjang
·
Laboratorium ( leokositosis , LED
sedikit meningkat )
·
Kimia darah ( peningkatan SGOT, LDH,
CPK, FDP )
·
Elektrokardiografi
·
Radiografi
·
Dupleks ultrasonografi
·
Computed tomography
·
Ventilation – perfusion Scanning
·
Angiografi paru
Terapi
1.
Perbaikan keadaan umu pasien
2.
Terapi atas dasar indikasi khusus
3.
Terapi utama ditujukan pada emboli atau
infark paru
4.
Terapi lainnya
Terapi antikoagulan
1.
Heparin drip dengan infus intravena,
bolus 3000 – 5000 U intravena diikuti dengan sebanyak 30.000 – 35.000 U/hari
dalam D5% atau NaCl 0,9%
2.
Suntikan intravena intermitten
3.
Suntikan subkutan, mulai dengan 3000 –
5000 U bersama suntikan subkutan pertama kemudian 5000 U/4 jam atau 10.000 U/8
jam atau 15.000 – 20.000 U/12 jam sampai INR 1,5 – 2,5 kali dari normal.
Terapi trombolitik
1.
Streptokinase , dosis awal 250.000 U
dalam larutan garam fisiologis atau D5% diberikan secara intravena selama 30
menit. Dosis pemeliharaan 100.000 U/jam diberikan selama 24 – 72 jam.
2.
Urokinase , dosis awal 4.400 U/KgBB/Jam
dalam larutan fisiologis atau D5% diebrikan intravena selama 15 – 30 menit.
Dosis pemeliharaan 4.400 U/KgBB/Jam selama 12 – 24 jam.
Terapi lainnya
1.
Venous interruption
2.
Embolektomi
Daftar
Pustaka
- Dahlan Z, Amin Z, Soeroto AY. Kompendium - Tatalaksana Penyakit Respirasi dan Kritis Paru, Jilid 1,PERPARI, Bandung: 309 – 326, 2012
- Ismudiati, lily, et al. Buku Ajar Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 2003
- Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 1615-1652, 2007
- Cardiovascular Care. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,160 – 164, 2008
- www.nadirpress.net/trmbosis.jpg
- www.catalog.nucleusinc.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar